Dalam adat lampung
terutama pesisir atau saibatin, pemakaian simbol2 warna di atur pada saat
tayuhan (pesta) adat baik saat pengangkatan sebatin, perkawinan atau acara
khitanan.
Berikut merupakan peraturan adat yg harus di laksanakan mengenai pemakaian
warna, baik di kebung tikhai (kain penutup dinding) atau pun kain di langit2
(kawikh), sarung kasur-bantal, penutup talam, katil dll.
1. WARNA PUTIH, digunakan oleh sebatin. Jika sebatin melakukan acara tayuhan,
maka warna kebung tikhai banyak menggunakan warna putih dismping warna kuning
dan merah. Hal tsbt karena menunjukan tempat penghejongan/duduk kebumian
sebatin2 yg di undang. Sdkn warna kuning utk para raja jukkuan dan merah utk
para khadin dan minak, dll. Biasanya jg sebatin yg diundang duduk bersama 2
raja jukkuannya di kebung tikhai putih.
2. WARNA KUNING, digunakan pada acara tayuhan raja jukkuan dr suatu
kesebatinan. Warna kuning di letakan di ruang depan tamu2 undangan, sedangkan
di ruangan dalam tmpt maju duduk memakai kebung tikhai putih. Yg menandakan
hadirnya sebatin dan ratu dalam acara tsb. Disamping itu, digunakan
kebungtikhai warna merah.
3. WARNA MERAH, digunakan oleh radin, minak dan lain2 pada acara adat lampung.
Selain itu penggunaan kebung tikhai putih tdk digunakan, hanya ada kebung
tikhai kuning di ruangan tengah tempat maju (pengantin) duduk. Hal ini
menandakan hadirnya raja jukkuan di prosesi tsbt, krn merupakan anak buahnya
(bawahannya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar