Menurut cerita
turun-temurun, nenek moyang orang Lampung Pesisir/Peminggir berasal dari Lemasa
Kepampang Tanoh Unggak atau lebih dikenal dengan Kerajaan Sekala Bekhak yang
terletak di lereng Gunung Pesagi.
Setelah kerajaan itu runtuh, mereka menyebar mencari tempat kehidupan yang
layak bagi kelangsungan hidup keturunannya. Tempat yang mereka pilih adalah
Muara sungai (Muakha) yang ada di tepi laut. Disana mereka mendirikan pemukiman
baru dan membentuk sistem pemerintahan adat yang dikenal dengan Bandar
(Bandakh).
Dalam sistem pemerintahan adat tersebut (Sebatin kebandakhan), dibagi dalam
beberapa kelompok yaitu Suku Dilom (Gedung), Suku Kiri, Suku Kanan dan Suku
Tanjakh (Tanjakh = Menyebar). Kepala adat sebatin kebandakhan bergelar
Batin/Dalom/Pangeran/Sultan, tergantung lama berdirinya kesebatinan dan jumlah
anak buah (jumlah sebatin bawahan).
Sebatin tersebut membawahi 4 suku (Dilom/Gedung, Kiri, Kanan dan Tanjakh) yang
diberi gelar Raja (Khaja). Sedangkan seorang Raja didampingi oleh beberapa
Raden (Khadin), Minak, Kimas dan Mas. Sedangkan untuk berdirinya kesebatinan
baru (bawahan sebatin bandakh) yaitu berasal dari Suku Tanjakh. Suku Tanjakh merupakan
suku yang jenjang permukimannya sudah menyebar kepedalaman (membuka lahan
permukiman baru yang jauh dari pantai). Sehingga jika kita perhatinkan susunan
jenjang permukiman masyarakat Lampung Pesisir akan berbentuk seperti
cabang-cabang pohon yang dimulai dari muara sungai.
Kesebatinan yang berdiri didaerah pedalaman (jauh dari muara sungai) sebagian
besar lebih muda umur kesebatinannya dari pada kesebatinan bandakh (sebatin
bawahan). Mereka yang dipedalaman tidak lagi dikenal dengan Kesebatinan Bandakh,
tetapi lebih dikenal dengan Kesebatinan Marga. Tetapi seiring berjalannya waktu
pada jaman penjajahan Belanda, nama Kebandakhan sering diganti juga dengan nama
Marga.
Sebagai contoh Kesebatinan Bandakh yaitu di daerah Cukuh Balak dan sekitarnya, dikenal
dengan “Bandakh Lima” (terdapat 5 kesebatinan Badakh) yang terdiri dari Bandakh
Limau, Bandakh Badak, Bandakh Putihdoh, Bandakh Pertiwi dan Bandakh Kelumbayan.
Sebagian dari keturunannya menyebar ke daerah pedalaman seperti ke Talang
Padang yang dikenal dengan nama “Marga Gunung Alip”; Bulok, Pardasuka,
Kedondong, Way Lima dan Sebagian Gedong Tataan yang dikenal dengan nama
“Kesatuan Adat Marga Way Lima”; dan Marga-marga lain di Punduh-Pidada dan
Padang Cermin. Sehingga sampai saat ini didaerah marga tersebut dikenal nama
Selimau, Sebadak, Seputih, Sepertiwi dan Sekelumbayan untuk mengingatkan asal
usul mereka dari Cukuh Balak.
1 komentar:
Salam kemuakhian...
Posting Komentar